Skip to main content
Perbedaan dan sejarah dari bitcoin, bitcoin cash dan bitcoin SV dan apa bedanya

Perbedaan dan Sejarah dari Bitcoin, Bitcoin Cash dan BitcoinSV

Saat ini, secara marketcap ada 3 Bitcoin yang di list dalam ‘top 100 cryptocurrency’, yaitu Bitcoin, Bitcoin Cash dan BitcoinSV.

Sebagai pemula ini pasti sesuatu yang membingungkan di karenakan ke 3 crypto ini memiliki nama ‘Bitcoin’ semua, dan pasti akan ada pertanyaan ‘Apa yang membedakan ke 3 crypto ini’

Sejarah BTC, BCH dan BSV ini sangat berhubungan dekat, artikel ini akan membahas bagaimana masing-masing Bitcoin ini terjadi dan apa yang membedakan satu dengan lainnya. Dengan harapan sebagai crypto pemula ini menjadi edukasi mengenai Bitcoin.

Bitcoin Core
Bitcoin Cash
Bitcoin Satoshi Vision
$BTC
$BCH
$BSV
2009
2017
2018
1 MB
32 MB
125 MB*
Proof of Work
Proof of Work
Proof of Work
5 TPS
200 TPS
520 - 400.000 TPS*
10 min block time
10 min block time
10 min block time
21 juta total supply
21 juta total supply
21 juta total supply

Bitcoin $BTC atau Bitcoin Core

Untuk membedakan Bitcoin ini dengan Bitcoin-Bitcoin lainnya komunitas cryptocurrency sering menyebut Bitcoin yang pertama ini dengan sebutan ‘Bitcoin Core’.

BTC adalah cryptocurrency yang pertama, dan yang di cipatakan langsung whitepapernya oleh Satoshi Nakamoto. Bitcoin core adalah Bitcoin yang dianggap sebagai “the grandfather of crypto”, yang di karenakan banyaknya fitur-fitur dan teknologi dari Bitcoin Core dipakai sebagai fondasi dari banyak nya altcoin sekarang. Seperti sebagai ‘tipping point’ untuk crypto-crypto lain menjadi tercipta saat ini.

Sebagai cryptocurrency yang pertama dan yang memiliki marketcap terbanyak, Bitcoin di kenal karena harga per coinnya sudah mencapai ribuan dollar dan bagaimana harganya meroket di setiap crypto ‘bull market’.

Kenaikan harga Bitcoin selalu menjadi sorotan-sorotan media, tidak hanya media kecil, saat ini media sekelas CNN dan Bloomberg pun sudah memberikan update harga Bitcoin setiap ada pergerakan harga.

Karena harga yang terus menerus meningkat, dan sebagai cryptocurrency yang memiliki adopsi rate tertinggi, pengguna jaringan Bitcoin core pun terbanyak di cryptocurrency.

Network Bitcoin hanya mampu proses kurang-lebihnya 5 transaksi setiap detik nya, dengan adopsi yang tinggi berarti pada saat aktivitas yang ramai, waktu pengiriman bisa terpengaruh karena jaringan Bitcoin akan menjadi lebih lambat dan lebih mahal untuk menyelesaikan suatu transaksi.

Untuk menangangi kelambatan dan mahal nya biaya transaksi yang harus di bayar di Bitcoin, komunitas Bitcoin sempat berdebat dan memliki opini yang berbeda untuk mempecahkan solusi ini. Lahirlah Bitcoin Cash yang claim mereka lebih murah dan lebih cepat untuk dipakai sebagai sarana ‘peer-to-peer’ uang digital.

Bitcoin Cash – $BCH, Bitcoin Yang Lahir dari Bitcoin Core Menggunakan Metode ‘Hard Fork’

Menurut komunitas yang mendukung Bitcoin Cash, Bitcoin Core memiliki masalah ‘scability’, bila di adopsi masal yang lebih banyak dan harus memproses lebih banyak transaksi per detik nya. Maka dari itu terjadi perpecahan di komunitas Bitcoin dan dimulainya cryptocurrency baru yaitu Bitcoin Cash.

Roger Ver, salah satu tokoh yang memimpin gerakan Bitcoin Cash ini, yakin bahwa Bitcoin seharusnya adalah ‘peer-to-peer’ digital cash sistem seperti yang di visikan oleh Satoshi Nakamoto di dalam whitepaper nya. Kondisi Bitcoin core yang semakin lama semakin lambat (karena aktivitas yang meningkat) dan harga aset semakin mahal di anggap melenceng dari white paper yang di tulis Satoshi. Khususnya di dalam topik Bitcoin sebagai sarana pembayaran peer-to-peer.

Secara teknis Bitcoin Cash menaikan block size nya dari 1 MB menjadi 32 MB untuk setiap block nya. Dengan kenaikan ini Bitcoin Cash bisa memproses kurang lebih 200 tps, 40 kali lebih banyak transaksi bila di bandingkan Bitcoin core.

Menaikan kapasitas block di Bitcoin Cash memang terdengar lebih baik karena kecepatan dan murahnya untuk dipakai. Tetapi ada yang dikorban dengan kenaikan block size Bitcoin Cash ini, ada hal di korban bila di bandingkan dengan Bitcoin yaitu:

Keamanan, karena untuk memproses transaksi membutuhkan kekuatan penambangan yang jauh lebih kecil di banding Bitcoin core di masa depan Bitcoin Cash lebih mudah untuk “di serang” jaringannya yang menjadikan Bitcoin Cash mungkin tidak aman untuk ‘long-term’.

Hard Forking – Masalah Complex Untuk Lepas dari Bitcoin

Seperti yang di informasikan di atas, Bitcoin Cash dilahirkan dengan metode ‘forking’, jadi apa itu Forking di cryptocurrency?

Apa itu Fork dalam Cryptocurrency

Kalau kalian sudah baca di artikel saya yang ini, kebanyakan cryptocurrency itu terdesentralisasi dan tidak bisa di rubah oleh siapapun. Konsep ini menimbulkan kebingunan pada publik setiap ada ‘software update’ (fork) pada suatu cryptocurrency.

contoh image forking di ilustrasikan bila terjadi pada blockchain
Ilustrasi forking pada blockchain, image credit: Finance Strategists

Untuk Bitcoin bertambah fitur, proses forking harus dilakukan, proses ini adalah proses meninggalkan jaringan Bitcoin yang lama lalu beralih ke jaringan Bitcoin yang baru. Dan harus dilakukan secara seksama oleh mayoritas partisipan jaringan tersebut agar proses ini berhasil. Ini dikarenakan Bitcoin secara ‘nature’ immutable, proses forking ini adalah satu-satunya jalan untuk penambahan fitur dan update di Bitcoin.

Mungkin terminologi yang mudah di mengerti fork dalam cryptocurrency seperti “melakukan split” dan membentuk jaringan blockchain baru.

Bila ada partisipan yang tidak setuju dengan jaringan Bitcoin yang baru, maka akan ada 2 jaringan Bitcoin yang jalan pada waktu yang sama. Ini yang sebenarnya terjadi pada Bitcoin Cash.

Dengan sengaja komunitas Bitcoin Cash, melakukan ‘fork’ terhadap Bitcoin core dan menamakan jaringan mereka menjadi ‘Bitcoin Cash’. Ini terjadi di tanggal 1 Agustus 2017 dan dilakukan di block nomor 478558.

Artinya semua transaksi, semua jumlah Bitcoin di wallet dan semua ‘sejarah’ Bitcoin Core sebelum tanggal 2017, juga di bawa ke jaringan Bitcoin Cash. Sempat pemegang Bitcoin core jadi mendapatkan coin Bitcoin Cash secara gratis dan bisa tukarkan saat market BCH diperjual belikan. (Biasa di sebut sebagai ‘Airdrop’).

Sampai hari ini Bitcoin Cash berdiri secara independen lepas dari Bitcoin Core, dan memiliki team developer dan komunitas yang berbeda dengan Bitcoin Core.

Bitcoin Cash menjadi Inspirasi Pergerakan Bitcoin-Bitcoin lainnya.

Walaupun bukan yang pertama melakukan fork (sejarah Bitcoin Hard Fork bisa di baca di wikipedia page ini), Bitcoin Cash menjadi pelopor pemecahan Bitcoin-Bitcoin lainnya.

Di tahun 2017 sendiri ada beberapa Bitcoin fork yang terjadi, ini nama-nama perpecahan Bitcoin yang terkenal pada tahun tersebut:

  • Bitcoin Cash
  • Bitcoin Diamond
  • Bitcoin Gold
  • BitcoinX

Untuk melihat lengkap semua list Bitcoin fork bisa di pantau di website forkdrop.io

macam-macam bitcoin fork yang aktif saat ini. Mulai dari Bitcoin gold, Bitcoin diamond dan lain sebagainya
Screenshot dari website forkdrop.io, macam-macamnya Bitcoin yang di fork

Tetapi di tahun 2018, ada fork yang terjadi dan menamakan jaringan blockchain mereka sebagai BitcoinSV atau kepajangannya ‘Bitcoin Satotshi Vision’. Pada penulisan artikel ini BitcoinSV Bitcoin fork terbesar ke 2 secara marketcap

Apa itu BitcoinSV? Apakah berbeda dengan Bitcoin Core dan Bitcoin Cash?

Setelah Bitcoin Cash berjalan kurang lebih 1 tahun dengan jaringan network yang independent dari Bitcoin Core, terjadi perselisihan opini kembali di dalam komunitas Bitcoin Cash.

Bitcoin Cash yang bertujuan untuk merealisasikan visi pendiri Bitcoin Core, Satoshi Nakamoto, sebagai platform peer-to-peer digital currency di anggap melenceng dari visi tersebut oleh beberapa pihak.

Maka perpecahan kembali terjadi, kini dalam komunitas Bitcoin Cash. Maka forking kembali terjadi kini di blockchain Bitcoin Cash. Dan lahir BitcoinSV pada tanggal 15 November 2018 di block 556766 nya Bitcoin Cash.

Tidak puas dengan ukuran block Bitcoin Cash yang ditetapkan 32MB, penemu Bitcoin SV Craig Wright and Calvin Ayre menaikan size block BitcoinSV menjadi sebesar 125MB (dan yang nantinya terus di naikan).

Pada saat mulainya BitcoinSV (pada saat ‘genesis block’ nya lahir), BSV bisa memproses 520 per detik nya, atau 520 TPS. Dengan catatan, BSV bisa melakukan ‘peningkatan’ block size hingga 4GB bila di perlukan karena aktivitas tinggi, yang di infokan bisa memproses hingga 400.000 TPS.

Kemampuan BitcoinSV melakukan ‘scale’ di blocksize, di saat-saat yang di butuhkan tanpa melakukan fork, di anggap menjadi solusi yang tepat untuk merealisasikan visi Satoshi Nakamoto.

Lebih Cepat TPS Belum Tentu Lebih Baik, Ada Hal yang di Korbankan

Beberapa hal-hal buruk yang bisa terjadi pada suatu blockchain, bila kecepatan transaksi terlalu cepat adalah, lebih mudah seseorang untuk melakukan ‘spam’, karena harga transaksi yang rendah sekali, modal untuk melakukan spam ke network jauh lebih kecil.

Bila spam pada network terjadi dan backlog pada suatu blockchain menjadi banyak, otomatis transaksi pada blockchain yang bukan spam akan di proses lebih lama. Bahkan bisa berhari-hari. Dan bahkan Spam bisa mengakibatkan network downtime, sesuatu yang tidak pernah terjadi di Bitcoin Core.

Integrasi suatu blockchain dalam resiko spam bila suatu blockchain menggunakan block size yang lebih besar dan memproses transaksi terlalu murah. Berdasarkan informasi dari Bitcoin Info Chart rata-rata untuk memproses satu transaksi hanya hitungan cent, dan bahkan pernah di bawah 1 cent.

Karena Bitcoin Open Source, Siapapun Bisa Melakukan Hardfork untuk Kepentingannya

Dikarenakan ‘nature’ Bitcoin yang terdesentralisasi, berbasis komunitas dan open surce, perbedaan pendapat sudah sering terjadi.

Bahkan seorang developer yang mengerti sedikit blockchain dan programming language C++ bisa dengan mudah nya ‘copy paste’ source code dari Bitcoin dan melakukan perubahan minimal dan memulai blockchain baru. Pertanyaan nya adalah siapa yang akan menggunakan jaringan blockchain tersebut?

Kembali lagi, ini tidak hanya terjadi di Bitcoin saja, di cryptocurrency lain juga terjadi hal yang serupa, dan sudah terjadi di Ethereum yang melakukan fork ke Ethereum Classic (ETC).

Seperti yang saya infokan di artikel saya sebelumnya, mempelajari Bitcoin akan membuka pintu untuk pengertian kamu terhadap dunia cryptocurrency yang lebih dalam lagi.

Harapan saya informasi ini bisa memberikan edukasi kepada pembaca blog ini, agar lebih terinformasi dalam dunia cryptocurrency sebelum melakukan terjun ke investasi atau trading di crypto.

Tentunya saya bukan financial advisor, dan saya tidak menyarankan untuk kamu membeli aset crypto, saya hanya ingin share pengetahuan dan informasi di dunia crypto. Please ‘DYOR’ – do your own research, dan pahami resiko mengenai kepemilikan mempunyai aset crypto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *