Baru saja di awal mulai February 2024 kemarin, saya dan keluarga (2 dewasa, 1 anak dan 1 bayi) berlibur ke Australia selama 2 minggu. Tujuan kita untuk berliburan, menemui teman dan sodara dan di akhiri dengan menonton konser Blink 182 di Sydney.
Liburan ini kita mengunjungi 2 kota terbesar Australia, yaitu Melbourne dan Sydney. Kita menggunakan trick multi city booking dari website Qantas, yang jauh lebih ekonomis di bandingkan membeli tiket domestic terpisah (lihat full guide nya disini). Jadi sebenarnya pesawat domestic kita tidak berbayar menggunakan metode ini.
Terakhir kita berlibur ke negara kanguru ini di tahun 2019 akhir, pas sebelum pandemi menutup semua penerbangan international. Jadi artikel ini akan membahas apa saja yang berubah untuk berlibur ke Australi dari tahun 2019 yang lalu.
Bandara Soekarno Hatta – Terminal 3 Bagian International Sudah Ramai Lagi
Kita mulai dari airport Jakarta dahulu, hal pertama yang menonjol adalah betapa ramai nya bandara Soekarno-Hatta Terminal 3. Setelah international border buka, saya sempat berlibur singkat ke Singapore di tahun 2022 December.
Bila di bandingkan penerbangan international saya sebelumnya airport Jakarta significantly lebih ramai. Dari counter check-in pesawat sampai area tunggu airport padat sekali dengan penumpang pesawat international.
Sampai-sampai di airport terasa lebih panas karena padatnya airport, so definitely international traveling is back.
Biaya Makan Sudah Jauh Lebih Mahal
Sebagai traveler Indonesia yang memang harga makanan rata-rata lebih murah dari Australia, kita sudah memproyeksikan harga makanan akan lebih mahal disana.
Tetapi sayangnya, dengan keadaan ekonomi dan inflasi yang tinggi setelah COVID-19 di Australi, semua makanan jadi jauh lebih mahal.
Sebagai perspective, harga 1 bowl Vietnamese Pho di CBD Melbourne sudah di $19, dan gossipnya dari orang-orang yang tinggal di kota-kota besar Australia, membeli makanan (yang tipe meal ya bukan snack atau roti-rotian) dari luar yang di bawah $20 dollar itu sudah di anggap murah. Padahal sebelum pandemi mungkin ini hanya di kisaran $14-15 dollaran.
Jadi minimum saya, istri dan 1 anak balita setiap makan di restaurant kita budget $60 dollar, itupun kalau ke restaurant yang di anggap budget restaurant. Belum menghitung minuman atau dessert yang kita order.
Selain situasi ekonomi nya Australi, ini juga di picu oleh kenaikan gaji minimum yang terbesar sepanjang masa negara Australia yang di terapkan pemerintah nya di tahun 2023 lalu. (Hampir 10% di tahun 2023 sendiri, yikes!)
Otomatis dengan kenaikan gaji minimum ini, akan mempengaruhi tidak cuman di harga makanan, tapi juga cost of living di Australia. Artinya semua harga naik pesat mengiktui.
Kopi juga menjadi lebih Mahal
Selain makanan-makanan yang ‘multi-culture’ di Australi, pastinya kita juga beli specialty coffee nya kalau liburan kesana. Dan harga 1 cup of coffee juga ikut meningkat.
Sebagai perspective, kita membeli 2 cup of coffee di Maker, Lt Bourke Melbourne CBD, seharga $10 AUD atau $5 AUD per kopi, dan sebenarnya terkadang ada coffee shops yang jual lebih mahal dari $5 dollar.
Tentunya untuk yang suka kopi dengan oatmilk harganya bisa jadi $7 AUD-an. Saya masih ingat di tahun 2010-2013an saat saya masih tinggal di Melbourne, a cup of coffee itu standardnya adalah $3.50 AUD, setiap memberikan nota 5 dollar masih mendapat kembalian.
Untuk traveler yang suka beli kopi (apalagi yang seperti saya beli kopi setiap hari), harus menyiapkan budget yang sesuai kalau konsumsi nya setiap hari.
Biaya Transportasi Lebih Mahal, Terutama di Sydney
Karena trip kita mencakup 2 kota, Melbourne dan Sydney, jadi saya sempat ada pengalaman menggunakan transportasi publik di ke-2 kota tersebut.
Secara saya menanggung biaya seluruh anggota keluarga saya, cost di public transportation kami di saat liburan kemarin lebih mahal di bandingkan liburan terakhir kita ke Australia.
Terutama di kota Sydney, yang metode penghargaan public transport nya berbeda dengan di Melbourne. Walaupun sebenarnya lebih mudah bisa langsung menggunakan credit card yang bisa di ‘tap’ saja, tetapi setiap kendaraan punya charges yang berbeda.
Sedangkan di Melbourne, walaupun tidak bisa pakai credit card dan harus memakai kartu Myki, pindah-pindah kendaraan dari bus, tram dan train dalam sehari maximum yang akan di charge hanya $10.60 (weekday daily rate). Dan di Sydney melihat charge kartu kredit saya, menggunakan tram 1x bisa sampai $7 AUD lebih.
Jadi kalau banyak menggunakan kombinasi tranportasi umum di Sydney, akan jadi lebih mahal.
Karena saya membawa 2 anak, jadi kita memilih menggunakan transportasi umum di dalam Sydney CBD (Tram) agar lebih cepat berpindah tempat nya dan ini menjadi lebih mahal. Semakin sering menggunakan dalam 1 hari, akan semakin mahal.
Bila di bandingkan dengan Melbourne, walaupun daily fare nya meningkat juga, minimal kalau di dalam CBD semua tram gratis dan harganya sudah di patuk $10.60 AUD untuk semua kendaraan per harinya.
Akomodasi Juga Meningkat, Tetapi Melbourne Lebih banyak Opsi Akomodasi yang Terjangkau
Di bandingin negara-negara di Asia (kecuali Singapore), biaya akomodasi di Australi biasanya memang lebih mahal. Dan ternyata kenyataannya setiap kota pun bisa memiliki perbedaan yang significant.
Pertama-tama biasanya hotel di Australia lebih mahal dan lebih kecil ukuran kamar nya bila di bandingkan dengan serviced apartment. Saya yang berlibur dengan anak-anak sebenarnya lebih suka menggunakan serviced apartment.
Secara pasti jauh lebih lepang dari kamar hotel, serviced apartment juga di lengkapi dengan peralatan dapur, microwave sampai mesin cuci (tidak semuanya, tapi mayoritas ada).
Dan pilihan akomodasi nya secara harga dan lokasi, lebih attractive di kota Melbourne. Dengan di mulai dari budget Rp 2.000.000 per malam, setidaknya pasti sudah bisa dapat serviced apartment di tengah-tengah CBD Melbourne. Dan sudah walking distance dari transportasi dan atraksi lainnya. (Ada juga kok yang lebih murah dari 2 juta di Melbourne)
Sedangkan di Sydney rata-rata di atas Rp 3.500.000 per malam untuk hotel atau serviced apartment, ini pun langka biasanya lebih mahal lagi di season-season tertentu.
Dari dahulu memang di kota Sydney biaya akomodasi cenderung lebih mahal, tetapi sepertinya saat ini perbedaannya semakin besar.
Mengenai Kejahatan di Kota-kota Besar, Seperti Melbourne dan Sydney
Feedback dari teman-teman yang tinggal di kota-kota besar Australia, mereka merasa orang-orang yang homeless atau kejahatan lebih banyak.
Sejujurnya, saat trip saya February 2024 kemarin, memang masih ada homeless atau beggars (tukang minta-minta) di daerah yang ramai seperti di CBD, tapi saya masih rasa di tingkat normal. Karena dari pengalaman saya tinggal di Melbourne dari tahun 2006 dahulu, memang selalu ada homeless di CBD.
Jadi saya tidak merasa ada peningkatan yang banyak untuk homeless dan crime rate di Melbourne dan di Sydney.
Tapi di malam terakhir kita di Melbourne, terjadi kejadian penusukan di daerah Princes Bridge – Flinders St Station / Federation Square. Dan ternyata kejadiannya hanya beberapa menit setelah kita foto-foto disitu. Sampai-sampai Princes Bridge di tutup satu malam karena di amankan polisi.
Semoga ini kejadian anomaly saja, dan harapan saya kota Melbourne aman-aman saja, apa lagi untuk warga yang tinggal di sana.
Hal-hal seperti ini yang sebenarnya traveling insurance bisa memberikan “peace of mind”, agar kalau kesialan terjadi saat traveling setidaknya sudah di cover oleh asuransi.
Kesan Berlibur ke Australia di Tahun 2024
Saya bisa bilang berlibur ke Australia (Melbourne & Sydney) masih di bilang mahal untuk rakyat Indonesia yang punya penghasilan dalam rupiah. Selain harga pesawat juga yang masih lebih mahal di bandingkan era sebelum COVID, harga makanan, oleh-oleh, transportasi, atraksi juga mengalami peningkatan di negara Australia.
Harga visa pun juga meningkat jadi hampir $ 190 AUD sejak pertengahan 2023 kemarin. Tapi untungnya masih ada cara-cara yang bisa kita lakukan agar liburan ke Australia lebih hemat.
Stay tuned ya untuk tips liburan ke Australia dari humblerbrother.com, supaya liburan kamu lebih hemat kalau ke Australi nanti.
One thought to “Refleksi Liburan ke Melbourne dan Sydney di February 2024”